Savage

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh. Afiyah Rasyad
(Aktivis Peduli Umat)

“Tak ada dialog ataupun diskusi antaragama digelar Rasulullah dan sahabat yang dipertontonkan secara live dan disengaja. Dakwah Rasul dan sahabat pun fokus pada meninggikan kalimat Allah dan menjadikan Islam rahmatan lil ‘alamin dengan sebuah institusi negara.”

CemerlangMedia.Com — Hawa panas menderu tatkala beberapa channel YouTube menayangkan diskusi lintas agama, meski hanya selingan. Entah apa tujuannya, Guys. Edukasi, rating, atau apalah. Bertaburan acara-acara diskusi or dialog lintas agama secara live.

Atmosfer diskusi di sistem saat ini gampang-gampang susah, Guys. Apalagi lintas agama yang notabene berpeluang menodai keyakinan person-person yang beda agama tuh. Diskusi macam itu hal sensitif banget, lho, Guys.

Nahasnya, model diskusi ini terkesan untuk bahan becandaan dan seakan-akan dibawakan dengan style komedi, ngerasa nggak sih, Guys? Ketawa yang bukan pada tempatnya kerap menjadi aksesoris dalam tiap untaian diskusi itu. Derai tawa kerap menghiasi obrolan mereka. Jadi, terkesan tawa itu seakan mengejek atau meremehkan sebuah bahasan keagamaan yang seharusnya sakral.

Miris deh, Guys. Ulama, ustaz, dan habib kadang melebur dalam program seperti itu. Dengan ringan, obrolan or diskusi penuh tawa itu dijabani oleh orang-orang berilmu agama. Tak sedikit di antara orang berilmu itu kena savage para host ataupun si pemilik program.

Obrolan atau diskusi mereka tentang agama tak ubahnya seperti parodi saja. Bahkan, lafaz thoyyibah seperti ucapan “masyaallah” kadang diikuti dengan tawa ngakak, lho, Guys. So, what? Ya, aneh aja dong.

Nonmuslim fasih ucapkan lafaz-lafaz thoyyibah dan dia merasa sudah tahu banyak tentang Islam. Lalu, setiap ia selesai melafazkan kalimat mengandung lafaz Allah atau berbau Islam diakhiri dengan tawa ngakak. Nggak banget ‘kan?

Tayangan seperti itu, diskusi atau obrolan lintas agama atas dalih toleransi sebenarnya tak perlu dilakukan, Guys! Hal itu bisa menyeret masing-masing penganut agama saling mengejek personal ataupun agama, bisa jadi savage discuss pakai banget. Darah muslim siapa yang tak meronta, Guys, jika lafaz thoyyibah dibuat mainan dan diremehkan?

Kalau kaum muslim mau sedikit bercermin pada masa sahabat, tak ada dialog ataupun diskusi antaragama digelar Rasulullah dan sahabat yang dipertontonkan secara live dan disengaja. Dakwah Rasul dan sahabat pun fokus pada meninggikan kalimat Allah dan menjadikan Islam rahmatan lil ‘alamin dengan sebuah institusi negara. Kerennya lagi, beliau saw. dan para sahabat menyampaikan Islam itu bilhikmah, mauidzoh hasanah, dan jidal yang baik. Jidal ini terjadi secara alami, bukan show. Firman Allah Ta’ala:

“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang baik.” (QS An-Nahl: 125)

Di masa kegemilangan Islam, tak ada ruang, lho, Guys, buat diskusi or dialog dengan nonmuslim terkait perbedaan agama. Terus kaum muslim gimana? Tenang, Guys, Islam datang menjadi rahmat bagi semesta alam, Rasulullah telah memberikan contoh terbaik. Bagi ahli dzimmah alias nonmuslim yang hidup di wilayah Darul Islam, mereka dilindungi jiwa, harta, dan agamanya. Mereka juga bisa hidup berdampingan dengan kaum muslim, Guys. Asalkan mereka patuh terhadap syariat Islam di kehidupan umum.

Bagi nonmuslim yang siap hidup berdampingan dengan kaum muslim, mereka bebas memeluk agamanya dan beribadah sesuai keyakinannya di wilayah khusus mereka. Pun dengan makanan dan pakaian, mereka bebas makan babi, tidak menutup aurat sebatas di perkampungn mereka. Namun, untuk urusan muamalah dan pergaulan di kehidupan umum harus mengikuti tatanan syariat Islam, Guys.

Lho, kok gitu? Wajar dong, Guys. Coba deh perhatikan rumah kos atau hotel. Mereka punya SOP alias pakem aturan ‘kan? Saat seorang hendak stay di hotel or ngekos, tentu aja mereka ngikut aturan tempat yang dituju. Betul tak? Apalagi sebuah negara, tentu punya pakem baku.

Hal itu sudah menjadi mafhum bagi khalayak, Guys, bukan hal debatable dong. Kalau pun ada debat itu antara ahli kalam dan nonmuslim. Itu pun menghasilkan premis-premis yang kadang di luar nalar dan di luar jalan syariat Islam.

So, Guys, savage banget dong kalau dialog, diskusi, or debat antaragama dipertontonkan dengan sengaja, apalagi dikemas layaknya komedi. Naudzubillah. Seyogianya, kaum muslim fokus pada kebangkitan hakiki, yakni melanjutkan kehidupan Islam dalam institusi negara.

Wallahu a’lam. [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *