Header_Cemerlang_Media

Surga Kok Dibuang?

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Rini Sulistiawati

CemerlangMedia.Com — Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku, anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki penuh darah, penuh nanah
Seperti udara
Kasih yang engkau berikan
Tak mampu kumembalas ibu
Ibu
[Lirik: Iwan Fals]

Sebait lirik di atas diambil dari lagu berjudul “Ibu” yang diciptakan oleh Iwan Fals. Lagu ini dirilis pada 1998 dan masih sangat populer hingga hari ini.

Makna dari lagu berjudul “Ibu” ini menggambarkan perasaan kasih sayang dan betapa kerasnya perjuangan seorang ibu demi kebahagiaan anaknya. Walaupun banyak rintangan menghadang, jarak yang sangat jauh, dan kaki yang berdarah-darah, seorang ibu tetap rela melakukan apa pun untuk anaknya.

Tidak ada anak tanpa orang tua. Dari orang tuanyalah seorang anak bisa lahir. Atas asuhan dan didikan orang tuanya pula seorang anak bisa tumbuh dan berkembang, baik dari segi fisik maupun kepribadiannya.

Namun, kini, seolah kasih sayang itu telah hilang seperti yang terjadi di Tambora, Jakarta Barat. Seorang ibu menjual anak kandungnya senilai Rp4 juta karena tidak sanggup membayar biaya persalinan di rumah sakit (beritasatu, 24-02-2024).

Berawal dari kejadian penjualan bayi di Tambora, terungkaplah oleh Kepolisian Polres Metro Jakarta Barat adanya perdagangan bayi yang dilakukan oleh sepasang suami istri. Dari penggerebekan penampungan bayi yang berlokasi di Bandung, pihak kepolisan berhasil menyelamatkan lima bayi yang akan diperdagangkan (Republika, 24-02-2024).

Dampak Kapitalisme

Perdagangan anak makin sering terjadi beberapa waktu belakangan ini. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kemiskinan, pendidikan yang rendah, pencatatan kelahiran yang minim, krisis kemanusiaan, faktor budaya, undang-undang yang tidak efektif, dan penegakan hukum yang lemah dalam tindak pidana perdagangan orang.

Dalam hal perdagangan anak yang terjadi baru-baru ini, hal yang menjadi pemicunya adalah kemiskinan. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti kesehatan alias membayar biaya persalinan di rumah sakit menjadi penyebab utama orang tua memutuskan untuk menjual anaknya.

Tidak dapat kita mungkiri, kehidupan saat ini makin hari makin sulit. Dengan lahirnya buah hati belahan jiwa, selain biaya persalinan, tentu ada kebutuhan tambahan yang harus dipenuhi agar buah hati dapat tumbuh kembang dengan optimal. Hidup dan kehidupan yang diatur oleh sistem kapitalisme saat ini sering kali membuat seorang ibu harus ikut serta bersusah payah mencari nafkah, bahkan kadang harus berjuang sendirian untuk menyambung hidupnya dan anak-anaknya.

Ibu dibuat tidak berdaya dan terus-menerus hidup serba kekurangan. Bahkan, karena sistem birokrasi kapitalisme yang kompleks, sang ibu tidak tersentuh bantuan sosial negara. Ya, bantuan sosial hanya dinikmati sebagian kecil rakyat saja. Kalau pun dapat bantuan dari negara, besarnya bantuan tidak mampu memenuhi biaya hidupnya. Jadilah kemiskinan terus-menerus mendera hidup. Ketika lelah dirasakan sang ibu, jalan pintas pun dipilihnya tanpa memikirkan akibatnya. Peristiwa ini mencerminkan abainya negara atas kemiskinan rakyatnya yang tidak kunjung terselesaikan.

Ditambah lagi kehidupan sekarang ini sangat jauh dari keimanan sehingga jalan maksiat pun diambil sebagai solusi singkat. Halal dan haram tidak lagi dipedulikan, akal sehat dan nurani sang ibu kalah dengan tawaran sejumlah uang sehingga sang ibu memanfaatkan setiap peluang yang datang untuk mendapatkan sedikit harta, bahkan dengan menghalalkan segala macam cara.

Dalam kasus perdagangan anak yang terjadi di Tambora, kebutuhan uang untuk membayar biaya persalinan di rumah sakit menjadi pintu masuk kejahatan ditambah adanya penawaran. Kebutuhan uang yang mendesak dan kerakusan akan harta dapat mendorong seseorang nekat melakukan kejahatan. Sistem sanksi yang dibuat tidak membuat jera, yang ada tindak pidana perdagangan orang tumbuh subur dan makin marak di negeri ini.

Inilah kenyataan pahit hidup di negara yang mengadopsi sistem kapitalisme sekularisme. Sistem yang mempunyai andil sangat besar atas problematika kehidupan masyarakat dengan menjadikan materi sebagai tujuan hidup. Alhasil, individu dan masyarakat mengabaikan aturan-aturan Allah. Bahkan, aturan Allah hanya diberi ruang sedikit saja, yaitu dalam ranah pribadi. Hal ini membuat nurani seorang ibu mati, akal sehatnya hilang sehingga akhirnya dengan sangat terpaksa menjual buah hatinya, menjual darah dagingnya untuk mendapatkan sejumlah uang.

Sistem kapitalisme melahirkan kebijakan yang berasal dari akal manusia yang sangat lemah dan terbatas sehingga kebijakan tersebut menyengsarakan rakyat dan merusak tatanan kehidupan. Akibatnya, kemiskinan secara struktural terus saja terjadi. Kebijakan yang berasal dari akal manusia ini justru melahirkan individu-individu yang menghalalkan berbagai macam cara untuk mencapai tujuan. Bukan hanya itu, lemahnya supremasi hukum menjadi persoalan utama mengapa perdagangan anak terus saja terjadi.

Islam Menyejahterakan

Peristiwa yang justru di luar nalar manusia ini tidak akan pernah terjadi bila negara yang menerapkan aturan Islam secara kafah. Kesejahteraan semua individu, termasuk ibu dan bayinya akan sangat terjamin apabila negara menerapkan sistem ekonomi Islam. Negara akan memastikan setiap individu rakyat terpenuhi kebutuhan pokoknya, baik pangan, sandang, maupun papan, termasuk kebutuhan atas layanan pendidikan, kesehatan, dan keamanan.

Negara akan menyediakan lapangan pekerjaan bagi ayah dengan upah yang layak dan juga akan mengontrol peran kerabat dalam menyantuni keluarga yang ada dalam tanggung jawabnya. Negara juga akan bertanggung jawab memberikan santunan kepada keluarga dan rakyat jelata yang miskin papa. Apabila rakyat tersebut sakit atau cacat, mereka tetap hidup sejahtera. Hal ini telah dicontohkan oleh Umar bin Khaththab sebagai pemimpin negara. Khalifah Umar memutuskan agar negara memberikan bantuan dan santunan bagi setiap bayi yang dilahirkan.

Penerapan sistem sanksi Islam yang tegas jangan terlupakan karena sistem sanksi inilah yang akan membuat jera para pelaku kejahatan sehingga tidak akan ada lagi tindak kejahatan, termasuk perdagangan anak akan mampu diberantas dengan tuntas. Pembinaan keimanan yang kuat terhadap setiap individu harus dilakukan melalui sistem pendidikan sehingga mampu meminimalkan terjadinya tindak kejahatan yang berulang. Semua itu hanya dapat terwujud dalam negara yang menerapkan sistem politik Islam yang sempurna.

Wallahu a’lam bisshawwab [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tulisan Terbaru

Badan Wakaf Al Qur'an